Laman

MENGASAH PEDULI, MERAJUT OPINI
www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - Selamat Datang di BLOG kami - www.subusadipun.blogspot.com

Jumat, 05 November 2010

TIMOR TIMUR JUGA PERNAH DIGONCANG PERANG PASIFIK

Kisah pecah perang pasifik pertama kali dibuka dengan peyerangan Jepang pada Pearl Harbour Minggu pagi, 8 desember 1941. Gelar perang tersebut membawa pengaruh yang sangat luas ke berbagai wilayah termasuk Timor Timur yang ketika itu masih menjadi daerah jajahan Portugis (Portugal). Akibat peristiwa besar ini kedudukan Portugal sebagai penjajah di wilayah Timor Timur kian bertambah sulit. Pihak mereka tidak berani mengambil suatu tindakan balasan kepada sekutu yang menduduki wilayah jajahannya. Dan disamping itu pula telah dibebani oleh rasa kuatir terhadap pihak Jepang yang sedang berseteru kepada sekutu.

Muasal masuknya pasukan sekutu lantaran untuk kepentingan strategis. Pihaknya memutuskan mendaratkan pasukannya di Dilli. Pasukan yang didaratkan ini gabungan Australia dan Belanda. Kehadiran pasukan gabungan sekutu pada wilayah Timor Timur ditolak pemerintah Portugal yang berkedudukan di Lisabon, kemungkian pertimbangan takut akan replesaille Jepang.

Kekuatiran serta ketakutan Portugal akhirnya jadi kenyataan. Mencapai puncaknya pada 19 Februari 1942, Angkatan Laut Jepang melancarkan serangannya dari arah laut. Disusul kemudian dengan pendaratan pasukan di kota Dilli. Tindakan yang dilancarkan Jepang menimbulkan perasaan tidak puas Portugal. Mereka menindaklanjuti hal itu dengan mengajukan protes yang dialamatkan ke Tokyo. Namun protes tidak mengubah sikap Jepang. Bahkan tidak mengoyahkan niat Jepang untuk melakukan aksi sapu bersih. Terbukti Jepang tetap melancarkan perlawanan terhadap sekutu di Timor Timur.

Momentum kesibukan Jepang yang terkonsentrasi mengarahkan hantaman ke pihak sekutu, digunakan oleh beberapa suku yang berada di bawah pimpinan raja-rajanya untuk balas dendam luka lama yang terpendam sekian tahun terhadap orang-orang Portugis yang berdomisili di Timor Timur. Peristiwa balas dendam tersebut merenggut nyawa manusia yang tidak kecil jumlahnya. Namun tidak seluruhnya suku-suku melakukan aksi balas dendam. Kenyataan sejarah menunjukkan ada diantaranya yang secara mati-matian membela serta mendukung gerilya Australia di sana.

Selama Jepang berada di Dilli, kondisi Timor Timur sangat kacau. Situasi yang kian panas dan kacau balau membuat kekuasaan Portugal praktis nyaris hilang ditelan amukan suasana ini. Dalam pertempuran-pertempuran gerilya selanjutnya disebut Sparow Force pasukan milik Australia. Sparow Force memang terkenal sebagai pasukan yang paling banyak mengadakan perlawanan keras terhadap Jepang. Pasukan Portugal yang seharusnya ikut ambil bagian dalam perlawanan guna melindungi Timor Timur, tidak mampu berbuat banyak bagi wilayah jajahannya dan nampaknya seperti tidak memiliki semangat bertempur. Belakangan, setelah diusut baru diketahui pasukan Portugal sebelumnya sudah dilucuti Jepang.

Keadaan yang penuh perlawanan baru berubah setelah Jepang kalah dalam Perang Pasifik. Portugis 29 September 1945 memberangkatkan konvoi tentaranya dari Mozambique untuk menjalankan missi merebut kembali Timor Timur. Tetapi terpaksa pasukan Portugal harus segera meninggalkan Timor Timur, kembali menuju Portugal. Lantaran sebelum kedatangan pasukan tersebut pertanggungjawaban keamanan bagi wilayah Timor Timur sudah diambil alih pihak Australia. Timor Timur baru secara resmi dikembalikan lagi kepada pemerintah Portugal ketika keamanan dinyatakan telah kembali pulih. ***
( Edmundus G.M.S. Sadipun, Artikel ini pernah dimuat SKH Kedaulatan Rakyat, Edisi Minggu 13 Desember 1992 Hal.7 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar