Laman

MENGASAH PEDULI, MERAJUT OPINI
www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - - www.subusadipun.blogspot.com - Selamat Datang di BLOG kami - www.subusadipun.blogspot.com

Minggu, 12 Desember 2010

Mencermati Bulan Bahasa dan Sastra

KETIKA memasuki momentum Bulan Bahasa dan Sastra pada setiap tahun, tampaknya banyak hal yang masih harus dipersoalkan untuk dicermati. Tulisan ini, diletakkan sebagai materi dalam menakar kemendalaman penggunaan bahasa Indonesia oleh segenap warga masyarakat pemilik dan pewaris bahasa Indonesia. Selain itu hendak berinteraksi menggugah kembali perhatian maupun kepedulian masyarakat atas himbauan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

     Gaung himbauan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada beberapa waktu silam sangat keras terdengar. Walaupun himbauan telah berusia udzur, dan lagi pula tergilas oleh aneka dinamika aktivitas masyaraka pada masa kini. Namun dalam konteks kekinian, tampaknya masih pantas untuk dicermati kembali. Jelasnya, dimaksud guna menakar serta mencermati sejauhmana pelaksanaan serta tingkat kepedulian dan respon aktif dari masyarakat terhadap himbauan tersebut.

      Searah dengan maksud sebelumnya, kemunculan himbauan tersebut pantas digarisbawahi. Lantaran himbauan ini datang ibarat angin segar yang mampu memberikan kesejukan baru bagi kemantapan dan kemapanan perkembangan maupun pengembangan bahasa Indonesia di negeri yang telah merdeka lebih dari setengah abad.

     Bersebelahan dengan himbauan yang telah dikedepankan, kitapun pantas berbangga kalau banyak pihak dari mancanegara tertatik untuk mempelajari bahasa Indonesia di negeri nusantara. Demikian pula betapa bangga kita, mendengar dan menyaksikan di negeri Kanguru, Australia, misalnya, bahasa Indonesia telah dipelajari oleh para pelajar yang nota bene adalah negeri muda. Juga di Meksiko bahasa Indonesia pun diminati serta dipelajari oleh para pelajar atau siswa di negeri yang berada di kawasan benua Amerika selatan.
                                    ***
TERLEPAS dari sejumlah cacatan keberhasilan atau kesuksesan yang telah dicapai dalam pengembangan dan perkembangan bahasa Indonesia di mancanegara. Usai himbauan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar disuarakan, bak gayung bersambut, gaungnya pun lantas merebak di berbagai daerah lewat sejumlah langkah maupun upaya. Oleh pihak pemerintah daerah di beberapa kota, misalnya diadakan aksi pembongkaran billboard atau baliho maupun papan nama yang masih menggunakan istilah asing.

     Himbauan pun lantas disuarakan lagi, agar pihak yang masih menggunakan istilah atau bahasa asing pada billboard atau baliho maupun papan namanya segera menggantikan dengan bahasa Indonesia. Sayangnya, belum lagi sempat digantikan maupun diubah walaupun telah sekian waktu berlalu. Demikian pula, belum sempat terukur apakah upaya ini telah mampu berjalan dengan baik atau katakanlah hasilnya terasakan secara maksimal ataupun sebaliknya. Ternyata penggunaan istilah asing tetap tegar merebak dan hampir pasti mengedepan setiap saat dihadapan mata serta disuarakan pada telinga kita.

      Masih seturut harapan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, yang jelas harapan itu pun masih harus menjumpai sejuta kendala maupun rintangan yang menyertai pelaksanaannya. Hal demikian tidak hanya berasal dari kalangan masyarakat tertentu saja. Tetapi berlaku bagi umum, lantaran masih banyak kalangan masyarakat masih rendah kesadaran maupun kepeduliannya menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
                                    ***
DIKEDEPANKAN sedikit bukti hanya sekedar contoh sederhana. Katakanlah tidak lain hanya dimaksudkan untuk menjelaskan, sekaligus mempertegas bahwa sesungguhnya upaya untuk menggantikan penggunaan istilah asing dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pada dimensi tertentu belum sesungguhnya disusul dengan tindakan nyata sebagai akhir dari upaya mewujudkan himbauan tersebut.
     Sejumlah bentangan realitas telah turut menjelaskan bahwa untuk merealisir upaya ini tidak semudah ketika menyampaikan himbauan. Persoalannya tidak sesederhana seperti yang dibayangkan. Lantaran harus berbenturan dengan sejumlah noktah persoalan yang bergerak di lapangan kehidupan sosial masyarakat luas.
     Demikian pula ketika bangsa kita tengah dirambah oleh derasnya arus informasi yang mendunia. Jelas akan memberikan warna dan corak keterpengaaruhan tersendiri bagi tercapainya harapan tersebut. Tegasnya, yang layak dikuatirkan bahkan ditakuti oleh kita justru adalah jangan sampai berbagai himbauan yang terlontar selama ini hanya mampu berwajah sloganistis belaka. Lebih dari itu tidak. Lantaran tidak diikuti serta dilatari oleh komitmen yang pasti, kuat dan tegas terhadap pelaksanaannya. Lagi pula, pencapaian pun semakin tidak jelas terukur oleh kita karena di mana mana masih didapati pemakaian istilah asing.
     Apakah kita mau dan rela mengasingkan bahasa Indonesia di tanah airnya? Apakah kita rela “menganginlalukan” komitmen bersama seperti yang tersirat pada sumpah pemuda? Sekali lagi, apakah kita rela dan bangga “mempersetankan” bahasa Indonesia di bumi pertiwi?
     Menyikapi kondisi yang tidak kondunsif didalam menopang upaya pembinaan dan pengembangan bahasa indonesia, suatu yang pantas menjadi cacatan bagi kita, bahwa bahasa indonesia harus ditingkatkan pengembangan dan pembinaan sehingga mampu melengkapi fungsi serta eksistensinya sebagai bahasa nasional.

(Penulis: Edmundus Gabriel Moan Subu Sadipun. Artikel ini pernah di muat pada Halaman Opini, Harian Umum Yogya Post, Kamis, 13 Nopember 1997, Hal.5.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar