YANG jelas bisa dipastikan bahwa perihal menyangkut kritik dan alergi terhadap krtikan masih akan tetap menjadi topik yang hangat untuk beberapa tempo mendatang. Pasalnya, secara kasat mata belum tampak membudaya kebiasaan kritik ditengah kehidupan masyarakat. Bersebelahan dengan hal tersebut, mengedepan harapan agar semua pihak berupaya membangkitkan spirit dan nuansa kritik dalam jagat demokrasi dan keterbukaan.
Searah merebaknya perdebatan mengenai masalah kritik. Terungkap pula beberapa pendapat, mengenai sikap mental mayoritas pemimpin harus diubah agar tidak alergi terhadap perbedaan pendapat. Akan hal ini kita tentu sependapat mengamini, agar tidak ada lagi yang takut terhadap kritikan.
Terlepas dari berbagai pendapat, yang namanya kritik, wajib dipertahankan dan ditumbuhkembangkan lantas disemangati dalam era keterbukaan dewasa ini. Makna penting yang ditorehkan adalah kedudukan kritik merupakan bagian integral dari suatu fungsi kontrol sosial yang mampu menyuburkan kehidupan demokrasi. Bila dibentang luaskan, kritik dalam konteks demikian selain merupakan bentuk lain dari koreksi atau pengawasan, hendaknya pula dipahami sebagai upaya guna menuju pencapain suatu perubahan. Dalam konteks ini, kritik dipahami sebagai yang positip.
Pada lain dimensi sorot agaknya bentangan realitas menyangkut masalah kritik mengkritik masih pantas diberi garis merah. Sebab upaya untuk menciptakan nuansa kritik maupun membudayakan kritik, acapkali dibayangi kepenuhan akan kendala atau noktah kebuntuan. Inti persoalan, sesungguhnya masih menguatnya bentangan kondisi yang kurang kondunsif didalam mendukung terselenggaranya kritik. Jelasnya, kritikan tampaknya belum dapat diterima oleh yang menerima kritik. Penyebabnya, lantaran telah dan masih diakrabi tumbuhkembangnya kelekatan muatan kecurigaan pada diri pribadi maupun lembaga yang dikritik. Masih dibayangi pula eksistensi maupun peranan dari sejumlah anasir penting yang tidak kentara tetapi nyata. Yang turut berperan penting mewujudkan sikap menegakkan budaya kritik dalam bentuknya yang pantas (informa).
***
BERSEBELAHAN dengan hal yang telah dikemukakan sebelumnya. Ada sejumlah persoalan yang pantas diletakkan sebagai bagian dari potret realitas dinamika kehidupan sosial masyarakat kita didalam menelusuri sepak terjang kehidupan di sekitar kita.
Nota bene, persoalan yang dikemukakan ini merupakan salah satu dari sekian banyak contoh yang dapat dikedepankan. Adalah lazim, pribadi manusia senantiasa dihadapkan pada suatu kesempatan untuk memilih diantara beberapa kepentingan. Konkritnya, seperti antara kepentingan pribadi dan kepentingan mengabdi pada masyarakat. Antara keterbukaan menerima kritikan yang dilontarkan atas hasil dari suatu proses kerja maupun dampak yang terjadi atas proses tersebut. Pada tataran ini nampak keteguhan sikap mental maupun pertimbanngan serta kebijaksanaan yang ditempuh menghadapi batu ujian terberat.
Diffile Est Satire Non Sribere. Sukar untuk tidak menulis sebuah satire tentang hal ini. Sebagai bukti layak diakui bahwa tidak jarang banyak pribadi berkecenderungan lebih memilih mendahulukan kepentingan pribadi maupun golongannya. Dampak dari kedekatan ini justru melahirkan sejumlah persoalan, seperti penyalagunaan wewenang jabatan, korupsi dan seabrek nama lainnya. Deretan ini merupakan bagian persoalan yang sangat sulit terhindarkan. Lantaran pada awalnya tidak secara kentara nampak gelagatnya, karena umumnya mereka beraksi palsu. Mungkin insan manusia dewasa ini merasa sangat sulit untuk berada pada kondisi yang serba bersih dan murni (khalis).
Sikap alpa diri menempatkan porsi kepentingan terhadap orang banyak seringkali terjadi. Reaksi terhadap hal demikian dapat disimak lewat munculnya berbagai kritik dan aksi. Artinya, dengan kata lain, sebagai akibat ketidaktepatan keputusan atau kebijaksanaan maupun statement dengan realitas sesungguhnya. Singkatnya, bermuara atas sejumlah sikap dan keputusan serta kebijaksanaan yang dinilai tidak senada atau serasi dengan hati nurani masyarakat dan bahkan justru lebih menguntungkan pihak-pihak tertentu. Sehingga berdampak lanjut membangkitkan kritik dan berbagi aksi protes maupun demonstrasi.
Lewat paradigma ini secara tidak kentara menunjukkan indikasi akan betapa rendahnya intensitas kepedulian dan pengabdian diri demi kepentingan orang banyak didalam menjalankan tugas.
Tehadap rangkaian bentangan persoalan tersebut. Paling tidak hendak menyodorkan gugahan tawaran akan betapa pentingnya peran penbudayaan kritik dalam kehidupan demokrasi dan keterbukaan. Selain itu merangkul maksud guna mempermulus tujuan menghidupkan kembali daya gerak fungsi kontrol sosial. Juga dibonceng harapan meminimalisir munculnya sejumlah ekses yang tidak dikehendaki.
***
SEBETULNYA ada beberapa hal penting dan pantas diperhatikan pada masa sekarang. Pertama, menjelmakan kesadaran dan kepekaan sosial serta sikap mental positif melalui keberanian mengangkat segenap persoalan atas nama realitas, lantas disusul dengan kemasaran kritik. Kedua, menebalkan kemauan guna menghadirkan sikap menerima segala kritikan, serta menyikapi kritikan dan tanggap terhadap setiap persoalan yang mengemuka. Nuansa demiikian merupakan barometer penentu akan sejauhmana tingkat kedewasaan berdemokrasi dinafasi. Kritik, hendaknya dihargai sebagai suatu niat baik dan sungguh murni. Sehingga bertepi pada keberanian mengkritik dan dikritik menjadi bagian dari milik sikap pribadi segenap warga masyarakat. Hal tersebut meniliki kedudukan yang sangat penting didalam langkah upaya menuju kepada gerbang kedewasaan berdemokrasi.
Menyadari diri sebagai bagian dari masyarakat yang hidup dalam kemajemukan sebuah komunitas sosial. Bermuara pada kemajemukan tersebut sedapat mungkin dipahami bahwa sangat wajar bila disetiap gerak langkah senantiasa beroleh perhatian serta sorotan yang kemungkinan bakal disudahi lewat lontaran kritik terhadap pelaku yang dinilai menyimpang. Pada noktah ini, kritikan yang konstruktif dan bertanggungjawab, tetap merupakan harapan yang paling utama untuk dihargai serta dijunjung tinggi.
Kita lantas tidak dapat memungkiri, bahkan pantas mengamini bahwa telah merupakan kekhasan kritik, tidak ada satupun kritik yang tidak menusuk. Sebaliknya tidak ada dalih yang mendukung untuk mengatakan bahwa tidak tajamnya suatu kritikan itu bukan namanya kritik.
***
BERALIH mencermati eksistensi ruang gerak persoalan kritik yang kini tengah bergulir di negara kita. Menjelajahi dimensi ini kita dijumpahkan pada sejumlah pembedaan makna serta pilihan yang pantas dituntaskan. Pertama, kritik yang dibudayakan. Artinya, kritikan muncul dikarenakan telah dikondisikan oleh pribadi melalui upaya merebakkan sikap ataupun fenomena yang mampu menciptakan keleluasaan nuansa kritik. Kedua, membudayakan kritik. Artinya, dimana kritik bebas dilontarkan oleh siapapun tampa ada pihak yang merasa kurang puas, sebagai akibat spontan dari telah terkondisikannya nuansa kritik. Kondisi demikian mampu terwujud, mengandaikan bahwa pada tahap ini tingkat kematangan pribadi maupun kedewasaan berdemokrasi telah mencapai derajat yang tertinggi. Ketiga, menerima dan menempatkan kritik sebagai salah satu wujud kontrol sosial. Disamping mengikatnya sebagai sarana introspeksi dan refleksi didalam memulai suatu langkah perubahan.
Seusai kritik dilontarkan, kelanjutannya diharapkan akan diikuti oleh berbagai perubahan mendasar. Sekali lagi, sasaran akhir dari suatuh kritik sesungguhnya diharapkan akan ditandai oleh perubahan nyata yang menyusul dibelakangnya. *) Edmundus GMS Sadipun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar